Tiga
Pelajaran Kepemimpinan dari Nelson Mandela
Saat dunia
merayakan kehidupan dan warisan dari mantan presiden Afsel dan penerima
Penghargaan Nobel Perdamaian Dunia Nelson Mandela,
kita di dunia bisnis
juga perlu memetik pelajaran kepemimpinan yang berharga dari kehidupan sang
legenda. Bagaimana pun kepemimpinan Mandela mencerminkan nilai-nilai universal
yang tidak akan lengkang oleh jaman. Nilai-nilai kepemimpinan ini patut
diketahui dan diamalkan oleh setiap pemimpin, tidak terkecuali pemimpin bisnis.
1.
Kepemimpinan itu
mengedepankan perilaku, bukan jabatan
Meskipun Mandela hanya menjadi penguasa di Afsel selama 5
tahun, beliau mampu menjadi panutan warga dunia. Mandela merupakan contoh
klasik bagaimana seseorang bisa memimpin tanpa adanya kewenangan formal. Selama
lebih dari 27 tahun ia dipenjara, ia tetap memancarkan pengaruhnya. Sepanjang
masa kepemimpinan sebagai presiden selama 5 tahun, kepemimpinannya lebih kokoh.
Dalam 1,5 dekade dan masa pensiunnya dari dunia politik, pengaruh Mandela terus
tumbuh dan meluas dalam bidag filantropi dan kemanusiaan. Tak bisa disangkal,
pengaruhnya makin luas berkat posisi presiden yang ia duduki. Tetapi di samping
itu, Mandela menunjukkan bahwa posisi dan gelar tidak mendefinsikan apakah
seseorang pemimpin yang hebat, justru mereka mendefinisikan dirinya sendiri dan
memaksimalkan kekuatan dan kekuasaannya yang didapat dalam posisi itu untuk memberikan
sebanyak mungkin pengaruh positif bagi masyarakat luas yang dipimpinnya.
Kapasitas untuk menyatukan, memotivasi dan menggerakkan
mereka yang dipimpin untuk mewujudkan aspirasi bersama dalam kehidupan ialah
hal yang perlu dicapai dalam sebuah kepemimpinan, bukan hanya menduduki jabatan
tertentu dan memerintah orang seenaknya. Kebenaran sederhana ini memberikan
harapan bagi generasi masa kini dan mendatang, menunjukkan bahwa kepemimpinan
bukanlah sebuah aktivitas yang semata-mata berhubungan dengan setelan jas atau
penampilan rapi layaknya CEO ternama. Kebaikan bisa dilakukan pada semua tahap
karir seseorang. Kepemimpinan yang baik dapat menyalakan kembali jiwa dan
semangat dalam profesional yang tengah menapaki karirnya- seseorang tengah
mengamati, belajar dan menirukan teladan yang Anda berikan, tidak peduli siapa
yang mengakui atau mengabaikan kontribusi yang Anda berikan sebagai pemimpin.
Pada saat yang sama, teladan yang diberikan Mandela juga memberikan tujuan yang
tebrarukan pada para eksekutif senior bahwa pensiun bukanlah sesuatu yang
menjadi momok menakutkan dan harus dihindari. Ada tujuan dan makna unik dalam
setiap tahapan kehidupan manusia. Terimalah setiap fasenya dan arahkan ke
tempat Anda berada.
2.
Lebih suka merangkul
daripada balas dendam.
Dikatakan bahwa sat menghadapi bahaya, orang secara
naluriah akan merespon, bertarung atau melarikan diri. Sama halnya dalam
menghadapai konflik, banyak pemimpin bisnis yang ada di berbagai perusahaan
memberikan respon standar yang hampir otomatis: mereka memilih untuk
berkolaborasi atau membalas dendam. Tidak ragu lagi membalas lawan bisa
memberikan kepuasan tetapi dalam dunia yang saling terhubung, hal ini bisa
menjadi strategi jangka pendek yang suatu saat berubah merugikan Anda.
Mengasingkan mitra potensial akan menghambat kemajuan Anda sendiri. Pembalasan
makin memperkuat keterkungkungan, sementara kolaborasi akan menyembuhkan dan
mengeratkan hubungan. Membalas memperpanjang permusuhan tetapi kolaborasi
justru meningkatkan pembelajaran dan kemajuan bersama. Naluri untuk
berkolaborasi ini menjadi titik tertinggi kepemimpinan abad ke-21 yang efektif.
Inilah naluri yang dimiliki Mandela dalam memimpin.
Mandela mengasah naluri berkolaborasinya sebelum menjadi
presiden kulit hitam pertama di Afsel, menyusun sebuah tim kepemimpinan yang
multirasial dan seimbang dalam komposisi gender dalam memberantas apartheid
sebagai kepala dalam Kongres Nasional Afrika. Seperti sebagian besar pemimpin
hebat, Mandela mengetahui bagaimana mendengar dan memaksimalkan potensi dalam
cara pikir orang lain. Ia memahami kekuatan memaafkan mereka yang sudah
menganiayanya dan dengan rendah hati bekerjasama dengan mereka yang sudah
diperlakukan secara kurang adil oleh Anda dan perusahaan Anda. Riset dan
pengalaman menunjukkan bagaimana naluri berkolaborasi mengubah bangsa,
merevolusi pasar, menignkatkan perusahaan dan akhirnya memperkaya kehidupan
kita.
3.
Jangan pernah menyerah
dengan gagasan yang tampak mustahil
Apakah gagasan bahwa Afsel yang bebas apartheid tidak
mungkin tercapai hingga tidak pantas mendapatkan komitmen untuk mewujudkannya?
Perkataan Mandela yang banyak dikutip ialah Selalu tampak mustahil hingga telah
terwujud. Kegigihan tekadnya dalam menghadapi apartheid yang kurang manusiawi
menunjukkan pada kita bahwa sesuatu yang tampak mustahil akan tetap mustahil
jika pria dan wanita yang memiliki tujuan yang sama gagal membangkitkan
keberanian untuk melakukan hal yang dianggap benar.
Sumber:
http://eciputra.com/berita-4634-3-pelajaran-kepemimpinan-dari-nelson-mandela.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar