PEMISAHAN BI DAN OJK
Ada sekitar 40% dari negara di dunia yang berhasil memisahkan fungsi
pengawasan dari bank sentralnya. Namun, tidak sedikit pula yang gagal dalam
pengaturan pemisahan itu, salah satu contohnya adalah Inggris. (Angga Bratadharma)
Terbentuknya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menimbulkan beberapa perubahan ke depan, di
antaranya adalah pemisahan antara pengaturan makro dan mikro di Indonesia.
Pengaturan makro akan dipegang Bank Indonesia (BI), sementara pengaturan mikro
akan dipegang oleh OJK.
Dari
adanya pemisahan terkait pembentukan OJK ini, maka kata kunci dalam kesuksesan
sistem keuangan yang ada adalah koordinasi antar-lembaga tersebut. Bila tidak
ada koordinasi di antara kedua lembaga tersebut, maka OJK bisa dipastikan akan
gagal.
Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, kepada wartawan, seusai mengisi
seminar OJK, di Hotel Nikko, Jakarta, Rabu 18 Januari 2012, mengatakan, sejauh
ini ada sekitar 40% dari negara di dunia yang berhasil memisahkan fungsi
pengawasan dari bank sentralnya. Namun, tidak sedikit pula yang gagal dalam
pengaturan pemisahan itu, salah satu contohnya adalah Inggris.
“Banyak
yang gagal karena memang kurangnya akses informasi antara bank sentral dan OJK,
maka koordinasi adalah kata kuncinya”, kata Hatta.
Ia
menegaskan, harus ada keterkaitan prinsip OJK dan bank sentral untuk mencapai
keberhasilan secara keseluruhan dalam bidang perekonomian. Menurutnya, kalau
tidak ada keterhubungan, maka bank sentral bisa saja berhasil pada moneternya,
tapi tidak pada sektor riilnya.
Karena
itu, Hatta menilai, stabilitas keuangan bukanlah target akhir, tapi syarat
prakondisi dari OJK. “Tujuanya adalah bagaimana sistem keuangan setelah
berdirinya OJK bisa berintegrasi dengan yang lainnya”, pungkas Hatta.
Sumber:
http://www.infobanknews.com/2012/01/koordinasi-bi-dan-ojk-kunci-kesuksesan-sistem-keuangan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar