REVIEW 2
ANALISIS
RENTABILITAS PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI JAWA TENGAH
OLEH:
Sukardi
Ikhsan
Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Badingatus
Solikhah
Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung
C6, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50229
Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 3, No. 2,
September 2011, pp. 120-128
http://jurnal.unnes.ac.id/index.php/jda/article/view/1951/2069
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
data yang diambil dari Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah diketahui bahwa
jumlah KPRI di Jawa Tengah yang terdafar dan telah melaksanakan RAT adalah
2.932 koperasi. Selanjutnya dengan menggunakan rumus Slovin diambil 97 KPRI
sebagai sampel penelitian dengan tahun pengamatan 2008 dan 2009, dimana sebagian
besar KPRI tersebut bergerak dalam usaha simpan pinjam. Setelah dilakukan
pemilihan sampel secara acak berdasarkan kota/kabupaten, terpilih 7
kabupaten/kota.
Sampel
menunjukkan rata-rata nilai rentabilitas sebesar 4.53%. Rentabilitas sering
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal (Munawir, 2007). Standar
yang digunakan dalam mengukur rentabilitas ekonomi adalah tingkat suku bunga
yang berlaku pada tahun yang bersangkutan. Tingkat suku bunga yang berlaku pada
tahun 2008 sebesar 8,67% sedangkan tahun 2009 sebesar 7,25%. Rentabilitas KPRI
di Jawa Tengah sebesar 4.53% masih jauh dibawah suku bunga yang berlaku
dipasar, sehingga angka tersebut memberikan arti bahwa penggunaan asset-aset
produktif untuk menghasilkan laba belum maksimal.
Rentabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu. Rentabilitas perusahaan di ukur dengan kesuksesan perusahaan dan
kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Rentabilitas sering digunakan
untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan
antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan
yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa badan usaha
tersebut rendabel (Munawir, 2007).
Menurut
Keown et al. (2001), tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi ditentukan oleh dua faktor,
yaitu profit margin dan turnover of operating assets. Profit margin dimaksudkan
untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha
dalam hubungannya dengan sales. Turnover of operating assets (tingkat
perputaran aktiva usaha) mengukur sampai seberapa jauh aktiva usaha dipakai
dalam perusahaan. Turnover of operating assets dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
perusahaan dengan melihat kecepatan perputaran operating assets dalam suatu
periode tertentu.
Dari
sisi likuiditas, tingkat likuiditas KPRI di Jawa Tengah termasuk dalam kategori
over likuid dengan nilai rata-rata sebesar 360.73%. Hal ini menunjukkan bahwa
aktiva lancar pada sebagian besar KPRI belum digunakan secara efisien.
Sementara itu 58.43% dari modal mereka berasal dari pinjaman pihak ketiga.
Sehingga hal tersebut semakin membebani KPRI terutama biaya bunga yang harus
dibayarnya, terlebih lagi apabila KPRI tersebut tidak mampu menyalurkannya kembali
kepada peminjam. Jika ditinjau dari segi pengendalian biaya, sebagian besar
KPRI di Jawa Tengah menunjukkan kinerja yang cukup efisien dengan angka BOPO
sebesar 73.05%. Sehingga rata-rata laba operasi yang diperoleh oleh KPRI di
Jawa Tengah adalah 26.95% dari pendapatan operasinya. Sebagian besar dari KPRI
yang diteliti termasuk dalam kategori usaha menengah dengan rata-rata asset Rp
1,485,750,989.00.
Sebelum
dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap penyimpangan
asumsi klasik yang terdiri atas normalitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi (Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil
pengujian tidak terdapat prasyarat yang dilanggar.
Berdasarkan
hasil perhitungan dengan SPSS diperoleh angka R2adjusted sebesar
19.7%. Hal tersebut berarti bahwa variabilitas variabel rentabilitas yang mampu
dijelaskan oleh variabilitas varibel likuiditas, solvabilitas, efisiensi
pengendalian biaya dan ukuran koperasi hanya sebesar 19.7%, sedangkan sisanya
sebesar 80.3% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Nilai koefisien determinasi
tersebut kecil dikarenakan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
data crossection dengan variasi yang besar antara masing-masing pengamatan.
Selanjutnya,
keempat variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, variabel Solvabilitas,
BOPO dan Size terbukti berpengaruh signifikan terhadap Rentabilitas KPRI di
Jawa Tengah. Sedangkan satu variable lainnya yaitu Likuiditas tidak dapat
dibuktikan berpengaruh terhadap rentabilitas.
Berdasarkan
hasil pengujian bersama atas seluruh variabel independen terhadap rentabilitas (uji
F) diperoleh nilai Fhitung sebesar 12.124 dengan nilai signifikansi 0.00
dibawah derajat kebebasan 0.05 dengan arah positif.
Hasil
pengujian hipotesis 1, diperoleh bukti empiris bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap rentabilitas koperasi. Rata-rata tingkat likuiditas pada
KPRI di Jawa Tengah adalah 360.73% (over likuid) yang menunjukkan bahwa aktiva
lancar pada KPRI terlalu tinggi dibandingkan dengan hutang lancarnya. Hal
tersebut dapat terjadi karena sebagian besar KPRI yang menjadi objek pengamatan
bergerak dalam usaha simpan pinjam dimana akun Piutang Usaha menunjukkan angka
yang cukup tinggi. Banyaknya piutang yang belum dilunasi tersebut disebabkan jangka
pelunasan yang relatif lama oleh para anggota koperasi. Aktiva lancar yang
tinggi berarti KPRI mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya namun dengan
aktiva yang tinggi tersebut mengindikasikan banyak dana yang menganggur
sehingga kondisi ini menyebabkan KPRI tidak dapat memaksimalkan labanya.
Hasil
penelitian tersebut tidak mendukung teori yang dikemukakan Riyanto (2008) dan
hasil penelitian Lazaridis & Tryfonidis (2006) yang menyatakan bahwa
perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sehingga mampu memenuhi segala
kewajiban finansiilnya yang harus segera dipenuhi, dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut likuid sehingga laba yang diperoleh maksimal dan tingkat
rentabilitas ekonomi juga akan rendabel. Sebaliknya perusahaan yang tidak
mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid. Perusahaan yang illikuid suatu
waktu akan menghadapi kesukaran keuangan pada waktu jatuh tempo memenuhi
kewajibannya sehingga akan berakibat pada rentabilitas ekonomi yang tidak
rendabel.
Pengujian
terhadap hipotesis kedua bahwa solvabilitas berpengaruh negatif terhadap rentabilitas
koperasi dapat dibuktikan dengan koefisien -0.008. Angka tersebut memberikan
arti setiap ada kenaikan tingkat solvabilitas sebesar 1% maka rentabilitas akan
turun sebesar 0.8%. Variabel solvabilitas yang diproxykan dengan rasio total
hutang terhadap total aktivanya menunjukkan rata-rata sebesar 58.43%. Nilai
tersebut berarti bahwa modal koperasi lebih banyak berasal dari pinjaman pihak
ketiga dibandingkan dengan simpanan pokok dan simpanan wajib anggota koperasi. Kondisi
tersebut berakibat kepada beban bunga yang harus dibayar koperasi cukup tinggi.
Sementara itu apabila dilihat dari segi penyaluran dana dalam bentuk pinjaman
terhadap anggotanya juga memperlihatkan kondisi yang kurang efisien, yaitu jangka
waktu pelunasan yang cukup lama sehingga dana banyak yang menumpuk di piutang.
Apabila kondisi tersebut tidak segera dibenahi maka lambat laun kemampuan
koperasi dalam menghasilkan laba semakin kecil sehingga akan berakibat terhadap
penurunan nilai rentabilitasnya.
Temuan
tersebut selaras dengan pendapat Weston & Copeland (1996) bahwa
solvabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rentabilitas
ekonomi. Apabila perusahaan mampu membayar hutang-hutangnya pada saat
dilikuidasi maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan solvabel.
Dimana perusahaan akan memperoleh laba yang akan meningkatkan pencapaian
rentabilitas ekonomi. Sebaliknya, jika perusahaan tidak mampu membayar seluruh
hutang-hutangnya pada saat dilikuidasi maka perusahaan tersebut dalam keadaan
insolvabel sehingga dapat mengakibatkan rentabilitas ekonomi yang tidak
rendabel.
Konsep
Van Horne & Wachowicsz Jr (2005) juga semakin memperkuat temuan tersebut. Rasio
debt to total asset menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan
dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh
pendanaan hutang. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar risiko keuangan.
Semakin rendah rasio ini semakin rendah risiko keuangan perusahaan.
Hipotesis
ketiga yang menyatakan bahwa efisiensi pengendalian biaya berpengaruh negatif terhadap
rentabilitas ekonomi pada KPRI di Jawa Tengah berhasil dibuktikan. Koefisien
sebesar -0.067 menunjukkan bahwa setiap ada penurunan BOPO sebesar 1% akan
mengakibatkan kenaikan rentabilitas ekonomi sebesar 6.7%. Atau dengan kata
lain, pengendalian biaya yang efisien akan berpengaruh terhadap kenaikan laba
koperasi. Hal ini menunjukkan KPRI tersebut mampu mengelola biaya dengan
optimal sehingga dengan pengendalian biaya yang sangat efisien dapat mendatangkan
laba yang berdampak pada meningkatnya rentabilitas ekonomi.
Hasil
penelitian ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa efisiensi
pengendalian biaya berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi. Menurut Munawir
(2007) efisiensi pengendalian biaya merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi profitabilitas. Jika biaya operasional yang dikeluarkan tinggi
maka laba yang diperoleh lebih kecil sehingga menyebabkan menurunnya
rentabilitas ekonomi perusahaan. Sebaliknya, jika biaya operasional yang
dikeluarkan rendah maka laba yang diperoleh lebih besar sehingga menyebabkan
meningkatnya rentabilitas ekonomi.
Pengujian
atas variabel size/ukuran koperasi menunjukkan hasil bahwa semakin besar ukuran
koperasi maka semakin kecil rentabilitas ekonominya. Hasil ini tidak sesuai
dengan hipotesis yang diajukan bahwa semakin besar ukuran koperasi maka semakin
tinggi tingkat rentabilitasnya.
Size/ukuran
koperasi yang diproxykan dengan jumlah aset yang dimiliki ternyata tidak dapat
menjamin tinggi atau rendahnya rentabilitas yang mampu dihasilkan koperasi.
Koperasi dengan aset yang tinggi sehingga koperasi tersebut tergolong dalam
kategori usaha besar ternyata tidak berarti bahwa rentabilitas ekonominya
menjadi semakin tinggi atau sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar
KPRI di Jawa Tengah belum mampu mengelola asetnya dengan baik untuk
menghasilkan laba. Atau aset yang dimiliki koperasi tersebut bukan merupakan
aset produktif yang mampu mendongkrak laba.
Pendapat
lain yang tidak mendukung hasil penelitian tentang size berpengaruh positif terhadap
rentabilitas ekonomi adalah dari Brigham & Houston (2006), jika rata-rata
total penjualan bersih yang dicapai oleh perusahaan tinggi, maka perolehan
rentabilitas ekonomi juga akan rendabel. Sebaliknya, jika rata-rata total
penjualan bersih yang dicapai oleh perusahaan rendah, maka perolehan
rentabilitas ekonomi tidak rendabel.
Hipotesis
terakhir seperti terlihat dalam tabel yang ingin membuktikan pengaruh bersama
atas seluruh variabel independen terhadap rentabilitas koperasi terbukti
signifikan. Namun pengaruh bersama tersebut menunjukkan nilai yang kecil. Hal tersebut
dikarenakan karena dari keempat variabel independen yang diajukan ternyata
hanya dua variabel yang terbukti berpengaruh signifikan dengan arah hubungan
yang sesuai dengan hipotesis. Nilai koefisien determinasi R2 yang dihasilkanpun
juga kecil yaitu hanya sebesar 19.7%.
Penutup
Hasil
penelitian dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan bukti empiris bahwa variabel
solvabilitas, efisiensi pengendalian biaya dan size berpengaruh signifikan
terhadap rentabilitas ekonomi koperasi. Variabel likuiditas tidak terbukti
berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi koperasi. Hasil pengujian
bersama atas variabel likuiditas, solvabilitas, efisiensi pengendalian biaya
dan size terhadap rentabilitas ekonomi koperasi dapat dibuktikan.
Bagi
peneliti yang hendak mengkaji rentabilitas koperasi secara lebih mendalam dapat
menambahkan variabel lain seperti perputaran modal kerja, profit margin, maupun
struktur modal koperasi.Penelitian lebih lanjut dapat mengklasifikasikan
koperasi sesuai dengan jenis usaha masing-masing sehingga hasilnya lebih robust
karena dimungkinkan setiap jenis usaha tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda.
Nama :
Sofiyasmin Ramadani
NPM/Kelas : 26211846/2EB10
Tahun : 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar